Senin, Oktober 25, 2010

Sofian

Hari Minggu pekan lalu, pagi-pagi bersama keluarga kami meluncur ke arah puncak menuju taman safari. Tujuannya hanya satu, air terjun. Ya, dari hasil ngobrol-ngobrol ternyata anak-anak ingin bermain di air terjun. Dan kebetulan saya ingat ada air terjun yang mudah untuk dijangkau karena dari tempat parkir tidak begitu jauh.
Sampai di depan loket ternyata belum buka sehingga kami harus menunggu. Namun karena itu pula, kami menjadi yang pertama masuk ke taman safari. Untuk menuju air terjun kita tetap harus melalui rute kebun binatangnya, sehingga ongkos masuk yang tidak terlalu murah itu tetap setara dengan fasilitas yang kita peroleh. Setelah melalui jalur kebun binatang yang masih belum ada pengunjung kecuali para pekerja yang sedang bersih-bersih, kami melewati area parkir dan kemudian terus melewati area berbagai wahana hingga kami ikuti sampai di ujung jalur kendaraan. Dan tidak jauh dari situlah bisa kita temukan air terjun.
Turun dari kendaraan kami disambut sapaan ramah dari seorang petugas keamanan. Sofian, saya baca nama itu tertera di dada sebelah kanan. Dan pak Sofian ini menemani kami mendaki menuju air terjun, karena menurut beliau biasanya kalau masih sepi di sekitar air terjun masih sering berkumpul banyak kera. Dikhawatirkan nanti kami diganggu.
Sepanjang perjalanan kami banyak ngobrol, dan kemudian di perjalanan kembali ke parkiran kami berdua ngobrol banyak tentang mimpi. Atau kalau tidak bisa dikatakan, saya banyak berbicara tentang mimpi kepada pak Sofian....

Pak Sofian sudah lama bekerja di sini?
Sudah 15 tahunan pak. Dari safari belum diresmikan saya sudah bekerja di sini.
Putra berapa pak?
Tiga pak. Yang besar SMA kelas 3 sekarang, yang kecil baru kelas 2 SMP, yang satu lagi masih kecil, masih umur 3 tahun.
Waduh, beda jauh-jauh ya pak?
Iya nih, tidak pakai rencana. E, tahu-tahunya......
Perempuan dua, yang paling besar laki satu.
Bagaimana dengan anak-anak bapak ke depan nantinya?
Ya anak saya mudah-mudahan pak, kalau sudah keluar dari situ, dia pengennya sih katanya pengen ke perawat, gitu...
Putra bapak yang cowok ini?
Betul yang cowok. Rencana di APER (Akademi Perawat, red) yang di Jakarta.
Kalau begitu, jika memang mau jadi perawat saran saya suruh putra bapak belajar bahasa Jepang!
O begitu?
Karena begini pak, sekarang di negara Jepang itu butuh perawat dari Indonesia itu ribuan! Menurut saya kalau ilmu tentang keahlian perawatnya, dari Indonesia itu nggak masalah. Bisa diterima sama mereka. Tapi yang jadi masalah adalah bahasanya! Jadi biar disana benar-benar bisa lulus, bahasa harus bagus! Nah sekarang kalau bisa jadi perawat di sana......
(pembicaraan sempat terhenti karena Nadya, putri saya yang kedua di tangannya menempel pacet kecil (lintah yang hidup di luar air) sehingga dia berteriak ketakutan..., dan kemudian pembicaraan kami lanjutkan)
O begitu ya pak ya?
Iya, jadi suruh saja belajar bahasa Jepang. Kalau bisa jadi perawat di sana, itu yang jelas gaji pak ya, saya kira lima belas dapat (lima belas juta, red).
Uwwwiiihhh...!
Nah sekarang mau jadi seperti apa? Makanya, itu bagian dari mimpi menurut saya. Jadi kalau memang mau niat, dari sekarang bapak arahkan! Gitu. Gimana caranya dia sudah internetan pasti lah. Facebookan. Kan banyak temen-temen yang belajar bahasa Jepang. Apalagi kalau nanti sampai ke Jakarta kan gampang!
Yang penting itu, kalau sudah masuk sekolah perawat, kalau mau jadi perawat benar-benar jadi, jangan tanggung-tanggung! Daripada jadi perawat di sini,  belajar bahasa Jepang dari sekarang dari kelas 1 sampai benar-benar pinter, jago bahasa Jepangnya karena kalau masalah perawatnya pasti, nggak masalah! Tapi yang masalah bahasanya! Untuk ujian itu harus lulus kan? Tapi kalau itu lulus, hidup enak pak! Karena di sana hanya merawat orang tua.
Ooo....., kayak orang jompo gitu ya?
Betul pak! Disana butuh ribuan, beberapa waktu lalu Indonesia mengirim beberapa ratus tapi yang diterima cuma beberapa! Masalah perawatnya nggak masalah, tapi karena bahasanya nggak lulus jadi ya nggak bisa. Karena tesnya kan pakai bahasa Jepang.
Begitu, jadi kalau bapak mau benar-benar pengen putra bapak benar-benar sukses, ya salah satunya itu!
(Pak Sofian terlihat menjadi bersemangat, kami berdiskusi semakin hangat tentang dunia perawat. Pembicaraan kami lanjutkan tentang mimpi...)
Sebenarnya cita-cita pak Sofian dahulu apa pak?
Sebetulnya saya sih ingin menjadi pegawai negeri lo....
O begitu, terus kenapa?
Jadi setelah saya melamar, saya melamar kesana, ke Jakarta. Kerja di Jakarta dulu. Akhirnya saya tidak betah, 3 bulan balik lagi ke Bogor! Ketemu kakak saya, sehingga saya bisa bekerja di sini.
Sebetulnya teman saya itu, sudah pegawai negeri semua pak! Yang saat itu...
Terus kalau menurut bapak, ke depan mimpi bapak itu apa?
Ke depan sih, keinginannya mengenai anak-anak saja pak. Supaya makin maju, jangan kayak bapaknya ini...Lebih daripada saya gitu...
Kalau pendidikannya gimana pak? Maksudnya rangking atau seperti itu?
O nggak nggak pak, nggak masuk rangking. Normal aja pak, normal. Memang nggak ada kelebihan, nggak begitu kelihatan gitu..
Karena kalau sekarang itu, kalau cuman kerja misalkan kerja di pabrik. Sekarang kan jamannya kontrak kan pak? Yang namanya kontrak itu baru setahun dua tahun kerja terus putus gitu. Kemungkinan bisa kerja terus itu susah, gitu lho! Jadi kalau hanya ngandelin pengen kerja di pabrik itu malah susah. Jadi kalau memang mau gedenya jadi apa, dari sekarang harus dipikirin! Disiapin dari sekarang! Misalkan wiraswasta, atau kayak tadi misalkan perawat. Daripada tanggung-tanggung disini jadi perawat juga dikontrak nggak kelar dan lain-lain, sekalian belajar bahasa Jepang! Kalau bisa biar dikirim kesana.
Ooo...iya bener! Belajar bahasa Jepang!
Iya, sama juga kalau yang kecil bisa dirayu belajar bahasa Jepang, asal bahasa Jepangnya nguasain kemungkinan bisa dikirim kerja di Jepang itu banyak! Tidak harus orangnya pintar, yang penting orangnya telaten, rajin, gitu...
Kesempatan seperti itu banyak sebenarnya cuman orang banyak nggak ngerti.
Tapi mungkin, cara belajarnya itu pak. Apa mereka melalui misalnya apa mereka bikin hanya kamus aja gitu....? Apa diskusi kayak gini, apa kamus saja....?
Jadi banyak cara sekarang kalau mau belajar. Apalagi anak-anak sekarang sudah melek internet kan? Di internet kan banyak! Jadi nggak harus kursus sebenarnya. Jadi yang bisa aja dulu! Melalui internet, atau baca buku, yang penting yang bisa. Kadang kan orang selalu mikirnya susah-susah. Wah nggak ada sekolahnya, nggak ada yang ngajarin, nggak ngerti – jadinya nggak pernah mulai kan! Yang jadi masalah begitu...
Kalau mau mulai sebenarnya gampang! Ya ada buku, ya seadanya buku. Pokoknya baca aja dulu, nggak ngerti nggak papa yang penting baca aja dulu...
Nanti kalau sudah mulai baca, sudah mulai ngerti kan suatu saat pasti ada kesempatan untuk belajar beneran kan! Tapi kan sudah ada persiapan, sudah punya modal dahulu - belajar dahulu.
Nah kalau ada kesempatan tapi nggak ada persiapan, mulainya dari nol lagi kan? Jadi cara belajar itu seperti itu...
(setelah itu saya sedikit menceritakan masa kecil saya dimana kedua orang tua saya ‘hanyalah’ seorang guru, namun saya bisa beruntung sekolah di Jepang gratis...)
Saya waktu di SMA sebenarnya biasa-biasa saja. Tapi karena ada keinginan jadi banyak yang bisa tercapai. Saya dengan kawan-kawan saat ini mempelajari ya pak ya, orang sukses itu kuncinya apa sih? Ternyata kuncinya cuman satu. Punya mimpi!
Wadoh, mimpi yang gimana?
(terlihat pak Sofian agak bingung...)
Punya mimpi, ya keinginan!
Ooo.., keinginan!
Orang yang nggak punya keinginan itu nggak bakalan sukses! Karena apa? Karena kalau nggak punya keinginan pasti nggak ada usaha!
Ya betul...
Tapi kalau ada keinginan, pasti ada usaha! Dan orang itu kadang-kadang itu sudah salah pikir dulu, ya maaf ya pak, kadang orang tuh berfikir gini. Wah saya kan nggak lulus SMA mana mungkin saya sukses. Saya kan orang kampung mana mungkin saya sukses. Itu sudah salah, gitu lho...
Kenapa salah, siapa yang menghukum kita bahwa kita nggak bisa sukses? Semua orang kan pasti yakin, Tuhan Maha Adil. Nah kalau Maha Adil berarti juga bisa sukses doong...?
Nah yang jadi masalah adalah, orang itu sendiri nggak pengen sukses! Kenapa? Nah itu tadi sudah mikir kayak gitu berarti kan nggak pengen?
Dari orangnya ya....
Iya, dari orangnya! Nggak pengen jadi sukses. Nggak pernah mikir, nggak pernah minta ya gimana mau sukses? Kan seperti itu kuncinya....
Itu kalau mereka minta istilahnya ada ada kemauan untuk belajar ya pak ya....
Iya, kalau kita minta, ada kemauan ada usaha – kita kan nggak tahu suksesnya lewat mana! Iya kan? Bisa karena jadi dagang, bisa karena jadi tukang lalu sukses, atau bisa tiba-tiba kita ketemu bisnis yang cocok lalu sukses. Kita nggak tahu itu...
Yang jadi masalah, minta nggak? Kalau minta, yakin nggak? Minta, minta, minta tapi dalam hati kecil, ya nggak mungkinlah saya, na....kita sudah mikir itu sama saja kita nggak minta, mintanya nggak bener. Mintanya nggak niat! Kita harus percaya, gitu...
Ternyata, cara berfikir itulah yang dipakai oleh semua orang yang sukses!
Ooooooo..........
(sejenak pak Sofian seperti orang yang baru paham sesuatu, tersenyum sambil manggut-manggut)
Begitu, itu orang sukses dimanapun di seluruh dunia. Itu sudah diteliti pak...
Kuncinya mulai dari situ. Semua orang yang berhasil, biasanya karena sudah punya mimpi. Dan saya juga sedang mencoba mempraktekkan itu. Saya sudah membayangkan dahulu. Nanti waktu lulus sekolah saya mau kayak gini, ini yang harus saya lakukan. Umur 35an saya harus kayak gini, umur 40 saya harus kayak gini, itu jauh-jauh hari sudah saya bayangkan!
Oo..sudah punya planning maksudnya...
Iya! Sudah dibayangkan. Dan setelah itu setiap hari pokoknya kerja keras! Ini harus dibayangkan, kita harus berani. Berani membayangkan! Na kalau membayangkan saja nggak berani?
Nah ini yang harus disampaikan juga ke anak-anak. Ini jangan malah negatif. Jangan malah sebaliknya. Ah kamu nggak bakalan. Kamu kan, cuman misalkan anak desa atau apa. Ini malah salah! Harus didukung! Kamu bisa berhasil, kamu bisa sukses! Semua orang semua manusia itu punya hak untuk hidup sukses! Gitu...
Untuk hidup berhasil, kita punya hak pak! Yang jadi masalah, minta nggak? Nah kalau minta, mintanya bener nggak?
O..iya ya....
Jadi kalau kita mau berhasil, kita harus bermimpi. Tapi mimpi yang bener ya..., yang serius gitu lho. Bukan mimpinya orang tidur...
Pokoknya kalau saya, misalkan anak bapak itu sekarang umur 18-17 kan, saya umur 30 harus begini, kalau umur 40 harus jadi pengusaha. Pengusaha ini! Nggak papa mbayangin kayak gitu! Karena, ketika kita mbayangin, tanpa sadar yang kita bayangin itu masuk ke dalam otak bawah sadar. Jadi otak itu ada tingkatannya.
Nah, ketika sudah masuk ke dalam otak bawah sadar, itu kesimpan di sana. Kita udah lupa. Kalau misalkan sekarang itu udah lupa dulu mikir apa tapi otak bawah sadar kita nggak lupa. Sehingga kalau kita jalan atau kita ngelakuin kegiatan atau apapun, itu pasti ngarahnya kesana!
Saya itu kenapa bisa sampai kuliah ke Jepang, ternyata saya pernah punya mimpi pengen sekolah di Jepang waktu saya kelas 3 SD. Waktu kelas 3 SD saya pernah punya mimpi pengen kuliah di Jepang! Tapi kan saat itu, ya nggak kepikiran. Wong orang tua saya cuman guru. Mana mungkin bisa sekolahin anaknya ke Jepang. Tapi saya punya mimpi gitu lho! Nah, saya sadar itu setelah saya sampai di Jepang. Lho ini kan mimpi saya waktu kelas 3 SD? Artinya apa? Artinya saya lupa mimpi saya waktu kelas 3 SD itu tapi otak saya itu nyimpen. Sehingga setiap gerakan saya itu ternyata, belajar bahasa Jepang, tanpa sadar itu. Tanpa sadar, saya jadi pengen belajar bahasa Jepang. Padahal nggak ada guru nggak ada apa. Cuman yang penting baca-baca buku sendiri. Itu ternyata saya lakukan waktu SMP! Siapa yang nyuruh? Otak di bawah sadar yang nggak kita sadari...
Nah, betul itu......
Itu yang nyuruh! Kenapa dia nyuruh? Karena dia sudah kita simpan waktu kita punya mimpi!
(sejenak kami berdua terdiam....)
Teorinya itu begitu pak. Cuman kan banyak orang nggak tahu teori ini...
Ha..ha..ha...betul! Betul pak...
Kadang-kadang orang nggak sampai kesitu ya!
O gitu pak. Kunci suksesnya ya..
Mudah-mudahan dengan masukan dari bapak ini bisa saya terapkan pada anak-anak saya.
Iya! Biar mereka, punya mimpi! Nggak ada ruginya kok punya mimpi...Jadi jangan dihalang-halangi kalau mereka punya mimpi. Malah didukung. Kamu pasti bisa! Bapak yakin kamu pasti bisa! Yang penting kamu harus tekun kerja keras! Kalau udah sukses kamu mau main-main atau foya-foya duit kamu sendiri kan? Daripada sekarang, ‘pecicilan’ pakai motor. Mending ntar aja, yang penting sekarang belajar kerja keras. Kalau kamu sukses jangankan motor, mobil kamu beli buat balapan silahkan!
Iya, betul bapak...
(dan setelah itu kami masih panjang lebar berdiskusi tentang training ke Jepang dll..., lalu saya lanjutkan)
Pokoknya sekarang ke anak-anak, sekarang biasain. Kalau nggak, bapak sering tanya-tanya saja. Cita-cita kamu apa. Kamu kalau gede pengen jadi apa. Sering biasain tanyain itu. Tujuannya biar kalau dia ngomong nanti itu kesimpen di otaknya. Sehingga dia pengen mencapai. Dan kemudian jangan dicela! Kecuali memang terlalu sederhana, saya mau jadi ibu rumah tangga saja, ya itu diingetin. Ngapain sih cita-cita segitu, yang tinggi lagi sekalian.
Itu kesalahan orang dewasa sekarang. Nggak memberikan perhatian kepada anak-anak untuk mereka berfikir mau jadi apa sih, gitu lho. Sehingga mereka nggak pernah mikir. Nanti baru lulus sekolah, lulus SMA baru bingung, mau ngapain saya? Baru mikir, telat pak! Kenapa nggak dipikir dari kecil?
Diarahkan untuk yang luar biasa! Bapak nggak usah takut. Misalkan, misal yang anak bapak, yang kecil yang SMP. Pak, saya pengen jadi dokter! Waduuh, bapak nggak bisa biayai..., jangan mikir itu! Ya kalau kamu pengen jadi dokter ya belajar yang rajin! Ya mungkin bapak nggak bisa ngebiayain kalau ngelihat sekarang. Tapi kan bisa jadi suatu saat ada beasiswa atau apa, kita kan nggak tahu? Kita nggak tahu pak, kalau mungkin dia kerja dulu dia bisa nabung dan bisa kuliah sendiri? Kan boleh kan? Jadi, jangan di-rem! Jangan ditahan-tahan nggak bisa!
Beri kebebasan gitu ya pak....
He-em, beri kebebasan untuk bermimpi! Beri kebebasan dia untuk mencoba mempunyai tantangan! Nah ini yang orang dewasa banyak nggak mikir kesitu. Nggak ‘ngeh’, nggak ngerasa..., malah nge-rem, malah ngalang-ngalangin...
Kenapa kita harus khawatir, itu tadi. Semua orang itu punya hak untuk sukses! Dan kewajiban bapak harus ndorong anak-anak biar jadi sukses! Kalaulah kita nggak bisa biayai ya dorong! Masalah gimana tehnisnya serahkan sama Tuhan!
Sekali lagi, biarkan mereka bermimpi. Toh nanti kalau mereka sudah nikah dan sudah dewasa, hidup mereka kan mereka sendiri yang nentuin. Kenapa kita harus larang-larang? Kalau dari kecil kita sudah rem-rem, ketika mereka nikah mereka nggak bisa ngapa-ngapain! Karena nggak pernah dilatih untuk berfikir, nggak pernah dilatih untuk mempunyai mimpi, nggak pernah dilatih untuk bersemangat..., itu bedanya. Biasanya orang yang sukses dari kecil oleh orangtuanya sudah dilatih untuk berfikir.
(kembali kami terdiam, kebetulan juga saat itu ada kereta yang mengangkut pengunjung baru tiba dan sedang berputar arah di depan kami...)
Wah, terima kasih sekali pak. Akan saya praktekkan sama anak-anak saya.....
Semoga semuanya akan menjadi lebih baik pak. Nanti kita jumpa lagi beberapa tahun kedepan dan sudah ada mimpi besar yang anak-anak bapak miliki......


Dan tidak lama setelah itu saya berpamitan dan meninggalkan pak Sofian yang meneruskan tugasnya di area sekitar air terjun.
Pak Sofian adalah potret, potret dari sebuah perjuangan hidup. Yang tentu saja kita adalah sama dengan pak Sofian, berjuang di jalur kita masing-masing demi sebuah mimpi dan harapan, demi sebuah perubahan menuju yang lebih baik bagi diri kita dan orang-orang yang kita cintai.
Satu hal yang selalu harus kita lakukan, bermimpi. Karena mimpi itu adalah harapan, dan harapan itu adalah doa. Terus menerus berusaha, dan yakin bahwa mimpi itu akan terwujud. Maka suatu saat kita akan tersadarkan, bahwa Tuhan telah mengabulkan mimpi kita, dengan caraNya!

-----------------------------------------------------------------------------------------------
Ada mimpi siapa lagi? http://www.orenoyume.com/p/mimpi-mereka.html.

0 komentar:

Posting Komentar