Selasa, Juli 26, 2011

Kazu

Hari Minggu pekan lalu saya mengisi waktu luang dengan menyaksikan berbagai acara di Festival Budaya Jepang Gakuensai di Universitas Dharma Persada. Selain ada bazar dimana kita bisa membeli berbagai makanan Jepang, buku atau komik berbahasa Jepang ataupun bahkan pakaian dan banyak barang unik dijual disana, saya juga sempat menyaksikan berbagai pertunjukan yang dilakukan di panggung utama.

Lewat tengah hari, tanpa sengaja saya bertemu dengan Kazu. Dia adalah sahabat kami dalam komunitas Indonesia Jepang, dengan berbagai aktifitasnya yang sangat luar biasa. Dan hari itu, dia akan tampil di panggung untuk menyanyikan beberapa lagu.
Saya tahu, di tas besarnya tersimpan SLR kesayangannya dan pastinya dia tidak bisa menggunakan kamera itu selama tampil di panggung. Karena itu saya tawarkan untuk mengambil gambar selama dia pentas.
Kazu menyanyikan 5 buah lagu. Dan dari lagu pertama hingga keempat, selalu menimbulkan histeris para pengunjung. Mereka sedang mendengarkan lagu Jepang, namun selalu merasa seperti telah mengenal baik lagu itu. Bahkan sepertinya sangat familiar. Akhirnya mereka tersadar bahwa itu lagu populer di Indonesia yang dibuat versi Jepangnya oleh Kazu.
Terima Kasih Cinta-nya Afgan, kemudian Munajat Cinta The Rock, Biarlah-nya Nidji dan dilanjutkan dengan Aishiteru-nya Zivilia. Semuanya dinyanyikan dengan lirik Jepang. Terakhir, Kazu menutup penampilannya dengan lagu Jakarta Ondo. Lagu yang dia ciptakan bagi persahabatan masyarakat antar kedua negara.
Mengenal Kazu, tidak sempurna kalau tidak tahu apa sebenarnya mimpi dia. Karena itu disela-sela waktu istirahat Kazu sehabis pentas, orenoyume mencoba mencuri kesempatan untuk mengorek cerita tentang mimpi yang Kazu miliki.

Sabtu, April 23, 2011

Gita Darma Setia (Cajon)

Beberapa tahun lalu ketika sedang melihat pameran di kawasan Senayan, saya agak terheran dengan salah satu alat musik yang digunakan sebuah band yang sedang menghibur di salah satu booth. Bentuknya kotak, seperti box speaker dan seorang pemain duduk diatasnya sampai memukul-mukulkan telapak tangannya. Dari pukulan pemain itulah irama drum muncul mengiringi alunan musik yang kelompok itu mainkan.
Penasaran, saya coba tanya beberapa kawan yang suka bermain musik. Tapi ternyata tidak seorangpun tahu. Bahkan ke berbagai toko alat musikpun saya coba cari, tapi tetap jawaban tidak saya peroleh. Pencarian terus saya lakukan, benda apakah gerangan yang digunakan kelompok itu....
Akhirnya suatu saat saya ketahui, bahwa benda itu bernama drum box. Atau juga sering disebut cajon (baca : kahon).
Saat itu dari berbagai informasi yang saya kumpulkan, katanya pembuat cajon di Jakarta hanya 1 orang dan di Bandung ada 2 orang. Dan pada suatu akhir pekan saya meluncur ke Bandung untuk menemui salah seorang pembuatnya disana.
Sempat terkejut ketika menemui orang itu, seorang anak muda kalau tidak bisa dibilang sangat muda. Dengan usia kira-kira 18 tahun, anak muda itu memperkenalkan diri dengan nama Gita.

Selasa, Februari 08, 2011

Ariyo (Moch. Ariyo Faridh Zidni)

Kita sering mendengar kata mendongeng, namun jika anda coba kilas balik dalam keseharian yang anda lewati, kapan terakhir anda mendengar dongeng atau bahkan anda mendongeng? Bisa jadi banyak yang tidak mampu menjawab dengan segera. Karena memang tanpa kita sadari, mendongeng atau mendengar dongeng sudah mulai jarang kita dapatkan. Apalagi dengan perkembangan tehnologi saat ini yang sangat pesat, para orang tua disibukkan dengan aktifitas pekerjaan yang semakin sibuk dan anak-anak juga disibukkan dengan kepadatan sekolah serta banyak les yang mereka ikuti. Mereka
 juga telah memiliki dunia menarik lain yang akhirnya mengikis kebiasaan mendengar dongeng yaitu video game, internet, jalan-jalan ke mall dll.
Terkait mendongeng, di Sabtu pagi akhir Januari lalu saya hadir pada acara Story Telling Workshop di perpustakaan diknas di kawasan Senayan. Acara yang dipandu oleh sahabat saya Ariyo Faridh Zidni, atau sering kita panggil Ariyo itu sebenarnya sudah lama ingin saya ikuti tapi selalu waktunya tidak pernah tepat. Baru kali ini saya bisa tercerahkan, dan ternyata mendongeng itu sangat luar biasa.
Jika anda mengikuti acara Kick Andy di awal tahun ini, maka anda akan pernah melihat bagaimana Ariyo dengan intonasi suara yang bervariasi dan ekspresi gayanya yang tepat menyampaikan dongeng-dongengnya. Selain itu pula dia juga menjelaskan mengapa dalam mendongeng kita harus jujur.
Seperti biasa, orenoyume selalu penasaran dengan apa sebenarnya yang menjadi mimpi dari orang-orang. Karena pasti, setiap orang mempunyai mimpi besarnya dan bisa jadi itu akan menjadikan inspirasi bagi orang lain.

Kamis, Januari 06, 2011

Betty Suryaningsih

Berbicara tentang Aris Djunaedi yang tampil pada edisi beberapa waktu lalu tidaklah lengkap kalau kita tidak tahu siapa dibalik itu semua. Dan di hari pertama tahun 2011 ini, orenoyume membuat janji bertemu dengan seorang anak muda yang peduli dengan anak-anak di kawasan Rawamalang tersebut.
Kami bertemu sehabis magrib di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan blok M. Dan dia adalah Betty Suryaningsih atau sering dipanggil Ibet. Ibet datang bersama 2 anak dari Rawamalang yaitu Pipit yang saat ini kelas 5 SD dan Neni kelas 1 SMP.
Hari itu Pipit dan Neni baru saja menimba pengalaman dengan membantu Ibet bekerja di kantornya. Dan selain untuk memberikan pengalaman berharga untuk anak-anak tersebut, menurut Ibet dia ingin menunjukkan pada kawan-kawan di kantor bahwa adik-adik dari Rawamalang adalah anak-anak yang mandiri dan mereka sudah bisa menjalankan banyak tugas yang selama ini dilakukan oleh orang dewasa. Mereka layak kita dukung untuk terus berkembang agar bisa menemukan potensi diri mereka yang terbaik.