Jepang dikenal sebagai
negara yang maju dalam bidang ilmu pengetahuan. Hingga tahun 2014, ada 22 orang
Jepang yang sudah menerima penghargaan Nobel. 19 orang diantaranya adalah
penerima Nobel di bidang ilmu pengetahuan alam seperti fisika, kimia,
kedokteran. Di Asia, Jepang secara mencolok berturut-turut menghasilkan
penerima Nobel.
shinkansen (foto koleksi pribadi) |
Shinkansen merupakan kereta
berkecepatan tinggi di Jepang. Pertama kali Shinkansen digunakan di Jepang adalah
pada tahun 1964, yakni Shinkansen Tokaido yang menghubungkan antara
Tokyo dengan Osaka. Selain menjadi kereta berkecepatan tinggi di Jepang, Shinkansen juga menjadi kereta berkecepatan tinggi di dunia.
Tahun 1964, tahun diselenggarakannya Olimpiade Tokyo, menjadi tahun yang begitu penting bagi Jepang. Dan Olimpiade Tokyo tahun 1964 ini bukan hanya menjadi Olimpiade yang pertama diselenggarakan di Jepang saja tetapi juga di Asia. Shinkansen pun dibuat disesuaikan dengan penyelenggaraan olimpiade Tokyo. Tidak hanya Shinkansen, namun juga jalan bebas hambatan, kereta bawah tanah, monorel dan lain-lain juga satu demi satu dibenahi dan dibangun untuk penyelenggaraan Olimpiade Tokyo. Tepat jika dikatakan bahwa Olimpiade Tokyo merupakan peristiwa yang melambangkan bangkitnya kembali Jepang setelah mengalami kehancuran akibat kalah perang. Jadi tahun 1964 bagi negara Jepang merupakan tonggak bersejarah dan merupakan tahun yang harus diperingati. Pada tahun 1964 itu juga saya dilahirkan.
Setelah Tokaido Shinkansen
dibangun pada tahun 1964, teknologi ini terus berkembang hingga berbagai
wilayah Jepang. Hingga sekarang pun pembangunan Shinkansen masih terus
berlanjut.
Shinkansen merupakan kereta berkecepatan tinggi dengan kecepatan tertinggi melebihi 300 km/jam. Tidak hanya cepat, Shinkansen juga tepat waktu, nyaman dan sangat aman. Sudah 50 tahun sejak pertama kali shinkansen dibuat, tapi hingga saat ini belum pernah terjadi kecelakaan yang menimbulkan penumpang meninggal dunia.
Pada tahun 2013, rata-rata keterlambatan per rangkaian Tokaido Shinkansen adalah 30 detik. Ini sudah termasuk rata-rata dari adanya kejadian gangguan alam seperti badai salju dan angin topan. Kalau tidak ada gangguan alam seperti itu Shinkansen tidak akan terlambat. Berjalan dengan tepat waktu tanpa keterlambatan beberapa detik merupakan hal yang biasa.
Di Jepang, tidak hanya Shinkansen, moda transportasi seperti kereta biasa, bus dan lain-lain beroperasi dengan tepat waktu. Orang-orang pun akan mematuhi waktu dengan disiplin. Orang Jepang kalau pergi ke luar negeri sering merasa terkejut dengan perbedaan mengenai ketepatan waktu antara di Jepang dan di luar negeri.
Tidak hanya mengenai waktu. Sering katanya orang Amerika terkejut ketika naik Shinkansen karena gerbong Shinkansen berhenti tepat di posisi berhenti seperti tanda di peron. Artinya ketika Shinkansen berhenti, pintu terbuka tepat berada di tanda pintu yang ada di peron.
Di Jepang, terutama di
Tokyo, di peron kereta ada tanda posisi pintu terbuka ketika kereta berhenti. Para penumpang lalu akan membuat barisan sesuai dengan tanda tersebut menunggu
kereta. Meskipun telah berkeliling melihat di seluruh dunia, sangat jarang saya melihat peron kereta yang bertanda seperti itu. Di tempat saya pernah tinggal, Los Angeles dan Berlin, saya tidak pernah melihat hal tersebut. Di London dan New York pun tidak ada.
Tetapi di Jepang ada tanda posisi kereta berhenti dan kereta akan berhenti
tepat pada bagian tersebut.
Tidak lama
setelah Shinkansen
dibuat, pada tahun 1969 kaisar Jepang melakukan perjalanan menaiki Shinkansen. Ada
buku yang menuliskan pernyataan masinis waktu itu. Menurut buku tersebut, waktu
berhentinya kereta harus tidak lebih dari plus minus 5 detik dan posisi
berhentinya kereta harus tidak lebih dari 1 cm. 5 detik dan hanya 1 cm! Jadi
kalau posisi berhenti bergeser 1.1 cm saja sudah tidak bisa diterima.
Sedemikian tingginya orang Jepang berharap pada ketepatan.
Pada tanggal 11 Maret 2011, di Jepang terjadi bencana gempa bumi besar dan tsunami. Ini menyebabkan banyak korban dan kerusakan yang sangat besar. Pada saat itu, Tohoku Shinkansen dengan 27 gerbong sedang berjalan cepat dengan penumpang di dalamnya. Ini juga merupakan Shinkansen yang berjalan dengan kecepatan tertinggi. Akibat dari gempa besar ini, menurut Anda seberapa banyak gerbong yang keluar jalur dan seberapa banyak korban yang luka dan meninggal?
Jawabannya: tidak ada. Shinkansen mengerem mendadak dan berhenti ketika terjadi gempa dahsyat itu, tetapi semuanya tetap aman. Tidak ada satu pun gerbong yang keluar jalur serta tidak seorangpun menderita luka. Semua penumpang di dalamnya selamat.
Menurut Anda, kapan Shinkansen mulai bereaksi untuk mengerem mendadak agar berhenti? Berapa detik setelah terjadi gempa? Atau berapa menit?
Sebenarnya, ketika ada goncangan besar maka paling lambat (tidak lebih) 70 detik rem darurat akan bekerja dan shinkansen mengalami perlambatan kecepatan.
Mengapa hal demikian bisa menjadi mungkin?
Di sekeliling Shinkansen dipasang alat seismometer (alat ukur gempa) dan dilengkapi dengan Sistem Alarm dan Deteksi Gempa Darurat (Urgent Earthquake Detection and Alarm System) yang dengan cepat bisa menangkap adanya goncangan dan memperlambat rangkaian kereta. Seismometer ini akan mendeteksi adanya gempa dan selama guncangan paling lambat dalam 70 detik secara otomatis akan memfungsikan rem darurat (triggered the emergency brake). Karena itu ketika terjadi guncangan yang besar, kecepatan Shinkansen akan menjadi lambat sehingga tidak sampai terjadi keluar jalur serta bisa berhenti dengan selamat.
0 komentar:
Posting Komentar