Kamis, Februari 19, 2009

TOKYO
















Hari ini (19/2), saya harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sejak pagi hingga rencana bertemu beberapa mitra kerja di malam hari.Pagi, sementara partner saya di Tokyo harus bertemu dengan konsumen, saya menyempatkan berjalan sekitar gedung konsumen tsb.Lokasi ada di dekat stasiun Ochanomizu. Lingkungan bisnis yang kompleks tapi teratur rapi.Di sebelah bangunan ada stasiun, dengan jalur kereta yang posisinya lebih rendah daripada jalan raya. Bersebelahan dengan sungai yang cukup besar. Kemudian ada jembatan besar yang lewat di atas stasiun tsb.Di seberang jembatan sebelah kiri berdiri bangunan megah sebuah universitas kedokteran gigi. Kemudian di sebelah kanan ada kuil kecil tapi cukup megah bernama Yushima Sei Do.Suasana pagi cukup ramai dengan para pekerja yang sedang menuju tempat kerja masing-masing. Mereka cukup melengkapi diri dari udara dingin yang menerpa tubuh, apalagi di sekitar gedung-gedung besar terjadi aliran udara yang unik. Saya mencoba berlindung di sebuah tiang bangunan yang sangat besar. Namun meskipun saya coba berkeliling untuk mencari di sisi mana saya akan terlindung dari udara dingin tersebut, ternyata tempat itu tidak saya temukan!Ini karena aliran udara di sekitar gedung-gedung akan menimbulkan pusaran dan aliran tidak teratur yang juga akan berbelok sesuai kontur ruang di sekitar gedung tersebut.Kembali tentang sekitar gedung. Beberapa puluh meter di belakang gedung ada jalan raya untuk 4 jalur kendaraan. Dan disitu merupakan pusat toko alat musik.Sepanjang 100 meter jalan tersebut berdiri puluhan toko musik dengan masing-masing punya keunikan yang berbeda.Gitar dari berbagai model, dari yang harganya beberapa juta rupiah hingga yang ratusan juta bisa didapat disini.Untuk alat musik lain juga dengan mudah bisa ditemukan disini. Benar-benar surganya musisi dan pehobi musik...

Hokka hokka bento

7 Peb 2009 jam 13:53 sampai di stasiun tujuan, kami sudah ditunggu oleh penanggung jawab personalia di sana. Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari makan. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, dan ternyata dengan jadwal yang saya buat tidak cukup waktu untuk bisa meluangkan makan siang di jalan karena memang perjalanan dari kereta yang satu pindah kereta yang lain butuh waktu dan cukup repot dengan bawaan koper masing-masing. Ada cara lain yaitu beli bento (makanan yang dikemas dalam box) di stasiun kemudian di makan di dalam kereta. Tetapi sepertinya juga kurang memuaskan dan terkesan terburu-buru. Setelah mencari beberapa restoran, akhirnya kami memutuskan ke Hokka-Hokka Bento. Ya, di Jepang juga ada (karena memang itu nama Jepang) Hokka-hokka bento. Ini bukan restoran, tetapi tetapi tempat membeli makanan dalam kotak yang tidak bisa dimakan ditempat. Karena itu maka namanya bento.13 tahun yang lalu, ketika malas untuk memasak saya biasa membeli makanan di tempat ini. Kadang ebi fried, chicken karaage atau beef steak. Masuk ke tempat itu, kami mulai memilih makanan. Dan luar biasa! Saya mendapatkan harga beef steak bento 600 yen! Dan itu berarti masih tetap sama dibanding dengan 13 tahun ketika saya meninggalkan Jepang.Bagaimana ini bisa terjadi??Kita tahu bahwa setiap tahun di Indonesia mengalami inflasi yang sangat tinggi. Sebagai alat ukur yang sederhana dengan menganut patokan perhitungan dinar, harga kambing untuk kurban setiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan. Padahal kita tahu, yang kita beli adalah selalu kambing yang sama ukuran. Tetapi selalu seolah-olah harga kambing mengalami kenaikan. Demikian pula dengan harga kebutuhan pokok lainnya. Disini kita terjebak, bukan harga barang tersebut yang naik karena pada dasarnya nilai barang tersebut tidak berubah tetapi nilai rupiah yang menurunlah biang keladinya. Ini semua karena inflasi tadi! Jadi semakin lama karena kemampuan tukar rupiah semakin menurun sehingga 'seolah-olah' harga barang menjadi naik. Dan hal inilah yang hampir-hampir tidak terjadi di Jepang, sehingga harga makanan yang sama sejak 13 tahun hingga saat ini tetap. Bahkan untuk barang elektronik, karena memang disini adalah biangnya (baca:pembuatnya) maka untuk barang yang sama cenderung semakin lama semakin turun. Apalagi kalau kita menabung, saya yakin sudah banyak orang yang mulai 'ngeh' bahwa semakin lama uang ditabung bukan menjadi semakin meningkat nilainya tetapi menjadi turun. Jadi apa yang harus kita lakukan??
SW

Selasa, Februari 17, 2009

Perjalanan ke Tokyo











Hari ini (16 Peb) saya harus melakukan perjalanan yang cukup panjang, dari iyomishima ke tokyo.Melalui bantuan staf di kantor, tiket kereta bisa saya peroleh pagi hari diantar seorang agen travel di kota itu.Ada tiga lembar tiket. Yang pertama adalah tiket untuk naik kereta seharga 11050 yen. Tiket ini harus dibeli jika kita ingin naik kereta.Paling tidak kita bisa naik kereta 'donko' (kereta yang akan berhenti di setiap stasiun'). Jadi jika perjalanan hari ini saya menggunakan donko maka kemungkinan akan membutuhkan waktu seharian?Besok baru sampai? Tentu itu bukan pilihan. Tiket kedua adalah tiket agar boleh naik kereta cepat (belum yang sangat cepat atau super cepat!).Kemudian tiket ketiga adalah tiket untuk naik kereta super cepat (mereka bilang shinkansen = super express!) seharga 6470 yen.Total ongkos perjalanan ini 18250 yen (2 juta lebih untuk kurs sekarang).Jarak perjalanan 830 km. Pertama dari kota Iyomishima ke Okayama sejauh 87 km memakan waktu 80 menit menggunakan kereta Shiokaze no.22.Berikutnya saya memilih kereta shinkansen Nozomi no.94 yang berangkat jam 17:24, tiba di Tokyo jam 20:53. Sehingga perjalanan itu memakan waktu 209 menit.Jarak kedua kota itu 733 km. 733 km?? Jadi saya naik kereta dengan kecepatan rata-rata 3.5 km/menit atau 210 km per jam? Belum lagi kereta ini berhenti di beberapa stasiun, berarti kecepatan maksimalnya lebih dari itu?
Membayangkan hal tersebut adalah hal yang sangat luar biasa! Jakarta Surabaya tidak sampai 4 jam? Woow...Suasana di dalam kereta sangat nyaman, kalau tidak dibilang luar biasa nyaman.Bersih, pasti. Itu tidak perlu dibahas. Penerangan sangat cukup buat saya untuk menulis ini dengan tanpa gangguan.Fasilitas semua terawat dengan baik. Bahkan toiletpun sangat bersih. Lebih bersih daripada toilet umum di mal-mal di Jakarta. (Kecuali memang saat ini ada beberapa mal yang menjaga sekali kebersihan toiletnya).Sejak awal naik hingga saya menulis tulisan ini belum ada satupun sesuatu hal yang saya anggap sebagai cacat atau kerusakan dari fasilitas yang ada.Saat ini ada penjual makanan, ya penjual makanan, lewat. Layaknya di pesawat, mereka membawa kereta dorong berisikan banyak makanan dan minuman yang dijual.Tapi mereka bukan penjual liar. Mereka adalah karyawan sehingga jualan itu juga bagian dari pelayanan dalam kereta.Tidak perlu khawatir. Tidak akan ada pemaksaan ataupun kecurangan. Barang basi digoreng lagi...Bahkan meskipun tidak beli, mereka tetap memberikan senyum yang ramah dan sangat santun.Pakaian mereka yang orange kombinasi dengan putih sangat kontras dengan suasana di dalam kereta yang cenderung abu-abu agak biru.Saat ini waktu menunjukkan pukul 20:15. Kira-kira 40 menit lagi saya akan sampai di Tokyo. Dari situ saya harus melanjutkan perjalanan menggunakan kereta Yamanote Line. Yaitu kereta di dalam kota Tokyo yang jalurnya berputar-putar.Sehingga kalau kita tidak turun maka akan melewati kembali tempat dimana tadi kita naik. Dan itu tidak masalah.... (Silahkan berputar-putar sepuasnya!!).Tujuan stasiun Ikebukuro, karena saya sudah pesan hotel melalui internet di sekitar stasiun tersebut untuk 2 malam.
SW

Jumat, Februari 06, 2009

Transit 4 JAM??

Ya.., jalan menuju osaka harus lewat denpasar. Sampe denpasar jam 8an (lupa tepatnya!), untuk melanjutkan perjalanan jurusan osaka dari halte yang belum jelas (belum diumumin), dan katanya di jadwal akan jalan jam 00:15. Iya, jam nol nol. Maksudnya tengah malam gitu..
Jadi kita-kita kayak pengungsi, nunggu 4 jam lebih buat naik trayek berikutnya....
Duh, kasian deh. Tahu gitu tadi bawa tenda, pembakaran dan ayam 2 ekor....
Tapi ra-po-po...
Emang itu satu-satunya jalan menuju osaka hari ini jika menggunakan Garuda! Ini bukti cinta bangsa sendiri. Tidak mengeluh... (lha itu tulisan di atas apaan kalau bukan lagi ngeluh???)
Untungnya saja di bandara denpasar, ga ada calo atawa pedagang asongan...
Lha kalau ada, mereka jualan harus pake dolar dan duty free (bebas pajak) gitu? Ribet. Pasti pada ga mau jualan... Apalagi buat jualan kesini ntar mereka harus masuk pake paspor???
Iseng barusan coba mau beli cemilan, sekedar pengusir penat. (Tapi kalau bawa cemilan malah bakalan bikin 4 orang tuh pada datang, jadi penat pergi pasukan perut kosong datang!). Sampe di warung (dalam bandara tentunya, karena kita ga bisa keluar dari bandara. Dah proses imigrasi soalnya), bingung! Kacang goreng harganya ga jelas. Cuman 3.5 atau 4,5 gitu! Diperatiin, lha itu pake dolar! Jadi kalau beli tuh, kacang polong garuda harus hitung harganya kali kurs yang katanya 12075. MAHAL AMAT??!!! Ga jadi!!
Mending ga nyemil....
Cuman berubung peliharaan di perut pada ribut, daripada berontak ntar malah malu-maluin makanya kita putusin (cinta? bukan..) makan ke mc deeeeee.... (lha bukannya itu lagi mo dihindarin? o iya, ntar deh kita bicarain same mereka lagi...)
Ok, besok kalau bisa kirim beberapa foto-foto...